Pemeran :
Widuri sebagai Ara
Ringgo Agus Rahman sebagai Abah
Nirina Zubir sebagai Emak
Adhisty Zara sebagai Euis
Sutradara : Yandy Laurens
Produksi : Visinema Pictures
Durasi : 1 jam 50 menit
Tanggal Rilis : 3 Januari 2019 (Indonesia)
Rating penulis : 8 (skala 1- 10)
Film yang diperankan oleh pemain inti Ringgo Agus Rahman sebagai abah, Nirina
Zubir sebagai emak. Anaknya si bungsu Ara/Cemara dan si sulung Euis. Bermula
dari keluarga serba ada, saat ulang tahun Euis, emak harap-harap cemas
menunggu abah. Alih-alih yang datang bukan abah, melainkan saudara emak beserta
rombongan orang yang akan menyita rumah emak dengan segala isinya. Ada kasus
yang diperbuat saudara tepatnya adik emak yang menyebabkan semua harta ludes
des des.
Sedihnya, saat abah pulang dengan tumpukan rasa lelah, harus menerima kabar
ini. Akhirnya mereka berempat tinggal di kantor abah untuk sementara. Hanya
baju yang dibawa. Seluruh aset hilang, uang di rekeningpun harus rela dikeluarkan
untuk membayar pesangon karyawan abah, semua "dipulangkan".
Singkat cerita, mereka tak bisa lagi hidup di Jakarta, mereka pindah ke
rumah warisan orang tua abah di Bogor. Rumah tua, di pedesaan. Sinyal
teleponpun akan datang dengan menaiki pohon.
Mulailah kehidupan baru, abah jadi kuli bangunan, Ara dan Euis sekolah di sekolah
negeri biasa. Kalau belum menderita, kayaknya sutradara belum puas ya? Abah
mengalami kecelakaan kerja. Kakinya harus ditopang tongkat sekedar untuk
berjalan. Sudah tak ada lagi andalan penghasilan. Emak akhirnya turun tangan,
jualan keripik. Euis jualan ke SMP nya, walau dengan rasa gengsi dan malu yang
tinggi. Bagaimana nggakmalu? Gadis ABG Jakarta yang tergabung di girls dance
harus jualan keripik?
Stres mulai melanda setiap orang di keluarga, kecuali Ara, karena masih
polos kali ya? Dia enjoy ajaaa ada di kampung. Euis sudah mulai ngeyel kabur ke
kota untuk ketemu teman girls dancenya, tanpa sepengetahuan abah dan emak.
Emakpun ternyata hamil, dan ia merasa sedih karena akan banyak biaya lagi. Abah
sudah mulai emosi terutama dengan perilaku Euis.
Setelah sembuh, abah menjadi ojek online. Tapi kebosanan melanda, wacana
balik ke Jakarta muncul kembali dari abah. Rumah warisan ini dijual buat modal
pulang. Ada tawaran dari orang kaya yang mau beli rumah itu untuk dijadikan
villa katanya. Tapi justru keputusan abah hadir disaat Euis dan Ara sudah
mulai menerima kondisi mereka, sudah mulai nyaman dengan lingkungan baru.
Saya suka dengan peran ayah yang dimainkan abah. Sosoknya dekat dengan
anak-anak. Padahal, anaknya semua perempuan. Ayah yang sangat stabil emosinya,
marah di film itu hanya satu kali, yaitu saat Euis berulah. Sisanya, ketika ada
konflik di keluarga, abahlah yang paling bisa mencairkan suasana. Emak juga sangat
lembut terhadap anak-anak.
Judulnya keluarga cemara, tapi kisah anak yang dominan diceritakan malah
Euis, saya pikir ganti aja judulnya jadi keluarga Euis tapi mungkin nama
Euis kurang menjual?
Untuk anak usia kelas 3SD seperti anakku, bisa ambil hikmah dari film ini. Kata
kunci yang ia keluarkan waktu saya minta kesan setelah nonton film ini adalah
"bersyukur". Kalau anakku yang usia 4 dan 6 tahun malah bete diajak
nonton ini, serunya malah pas muncul tokoh-tokoh humor seperti Asri Welas dan
satu lagi temen kecil abah di kampung, kurang hafal pemainnya. Bikin ketawa kalau
udah pemeran itu masuk. Tapi klimaks nya biasa aja. Aduk emosi nya di adegan
yang bikin sedih atau baper aja, standar sinetronlah tapi nggak sampe
bercucuran air mata, beda pas nonton film 212 ada yang bikinin penasaran, ada
yang bikin nangis. Kalau film ini nggak sampe ngucur banget walau adegannya
sedih.
Ditulis oleh : Wiwi Wisudawati
Foto : google
numpang promote ya min ^^
BalasHapusbuat kamu yang lagi bosan dan ingin mengisi waktu luang dengan menambah penghasilan yuk gabung di di situs kami www.fanspoker.com
kesempatan menang lebih besar yakin ngak nyesel deh ^^,di tunggu ya.
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||