Oleh : Restu Anjarwati
![]() |
Mudhowamah dan Restu Anjarwati |
Pendahuluan
Play is the highest form of research – Albert Einstein
Kegiatan bermain merupakan kegiatan utama bagi anak. Hampir di seluruh waktu anak dihabiskan untuk bermain. Namun jangan keliru, anak – anak tidak pernah main – main saat bermain. Karena bermain adalah cara anak untuk belajar. Dengan bermain akan akan menggerakkan otot – ototnya, mengasah kreatifitas dan mengembangkan imajinasinya. Sehingga kegiatan bermain juga merupakan sarana mencapai tumbuh kembang anak.
Rentang konsentrasi anak yang pendek serta keinginanan anak untuk terus aktif bergerak dan berganti – ganti permainan seringkali membuat orang tua kehabisan ide untuk bermain dan berkegiatan bersama dengan anak. Kemudahan teknologi dan bertebarnya ide permainan di dunia maya justru membuat orang tua kebanjiran informasi yang tak juga menyelesaikan masalah ini. Oleh karena itu, langkah bijak yang perlu dilakukan orang tua adalah dengan mengembalikan tujuan bermain pada pencapaian perkembangan anak.
Pemerintah sudah menyusun secara lengkap tentang Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) dalam lampiran Permendikbud nomor 137 tahun 2014. STPPA ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi terhadap perkembangan anak. Hasil evaluasi ini digunakan untuk mengarahkan stimulasi yang diberikan kepada anak melalui kegiatan bermain.
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) merupakan kualifikasi minimal perkembangan anak usia 0 – 6 tahun yang termaktub dalam Permendikbud 137 tahun 2014. Di dalam STPPA ini termuat parameter – parameter capaian anak berdasarkan kategori umurnya : 0 – 3 bulan, 3 – 6 bulan, 6 – 9 bulan, 9 – 12 bulan, 12 – 18 bulan, 18 – 24 bulan, 2 – 3 tahun, 3 – 4 tahun, 4 – 5 tahun dan 5 - 6 tahun. Parameter capaian dalam STPPA meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan seni.
Menurunkan STPPA Menjadi Menu Belajar Anak
Walaupun STPPA ini sangat lengkap, namun tidak dapat langsung dipakai karena cakupannya sangat luas dan kurang spesifik. Selain itu, perkembangan dan ritme belajar anak berbeda-beda, sehingga membutuhkan kegiatan pembelajaran yang berbeda - beda pula. Oleh karena itu, STPPA perlu diturunkan menjadi kompetensi dasar yang kemudian dikembangkan menjadi menu belajar anak.
Menurunkan STPPA menjadi kompetensi dasar anak dapat dilakukan dengan menerjemahkan STPPA menjadi kalimat yang terdiri dari S (subjek), P (predikat), O (objek) dan K (keterangan). Subjek adalah anak, predikat berarti kegiatan yang dilakukan oleh anak, Objek merupakan alat yang digunakan oleh anak, keterangan adalah cara anak melakukan kegiatan, pengulangannya atau keterangan tempatnya.
Sebagai contoh STPPA usia 3-4 tahun dengan lingkup perkembangan kognitif. Dalam STPPA dituliskan: Menempatkan benda dalam urutan ukuran (paling besar - paling kecil). Hal yang perlu kita cermati adalah:
Benda yang dimaksudkan perlu didefinisikan dengan jelas
- Jumlah benda yang akan diurutkan harus kita tentukan
- Urutannya harus ditentukan dari yang paling besar atau yang paling kecil
- Cara mengurutkannya dengan ditata pada nampan, atau di atas kertas atau di alas kerja
Dari hal - hal tersebut maka kita dapat merumuskan kompetensi dasar sebagai berikut: “Mengurutkan 3 buah bola sama warna dengan ukuran yang bervariasi di dalam nampan dari ukuran paling besar hingga paling kecil lalu mengurutkannya kembali dari ukuran paling kecil hingga paling besar”
Dari sebuah kompetensi dasar, maka dapat disusun variasi kegiatan dengan level kerumitan yang semakin tinggi. Sehingga anak akan mampu mengembangkan keterampilannya secara bertahap. Contoh variasi kegiatan dari kompetensi dasar tersebut adalah:
- Mengurutkan 5 buah bola sama warna dengan ukuran yang bervariasi di dalam nampan dari ukuran paling besar hingga paling kecil lalu mengurutkannya kembali dari ukuran paling kecil hingga paling besar.
- Mengurutkan 5 buah printable pohon dengan ukuran yang bervariasi dan menempelkannya pada sebuah kertas dari ukuran paling besar hingga paling kecil
- Mengurutkan 5 buah koleksi model dinosaurus dengan ukuran yang bervariasi dinatas alas kerja dari ukuran paling kecil hingga paling besar dan mengurutkannya kembali dari ukuran paling besar hingga paling kecil.
Variasi - variasi kegiatan ini selanjutnya dituangkan dalam menu belajar harian.
Pelaksanaan dan Penilaian Menu Belajar Anak
Untuk menilai kemampuan anak, digunakan kriteria sesuai Permendikbud No. 146 tahun 2014 yaitu:
- BB (Belum Berkembang) Bila anak melakukannya harus dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru.
- MB (Mulai Berkembang) Bila anak melakukannya masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru.
- BSH (Berkembang Sesuai Harapan) Bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru
- BSB (Berkembang Sangat Baik) Bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan sudah dapat membantu temannya yang belum mencapai kemampuan sesuai indikator yang diharapkan.
Menu belajar harian bukanlah sebuah jadwal kaku yang harus ditaati setiap harinya. Menu belajar adalah sajian judul - judul kegiatan anak yang merujuk pada kompetensi dasar sesuai dengan STPPA. Menu belajar ini disusun dalam jangka waktu dan jumlah kegiatan tertentu sesuai dengan perkembangan anak dan kesiapan orang tua. Biasanya menu belajar disusun 30 - 40 kegiatan untuk rentang waktu 2 - 3 bulan. Menu harian ini bersifat sangat fleksibel pada kecepatan dan kemampuan anak. Direncanakan untuk rentang waktu 2 bulan, namun jika anak sedang sangat senang belajar maka bisa diselesaikan lebih cepat dan jika motivasi belajar anak sedang turun, bisa jadi diselesaikan dalam 3 - 4 bulan.
Pelaksanaan menu belajar ini disesuaikan dengan kecepatan belajar anak. Dalam setiap harinya, kami berusaha melibatkan anak untuk memilih sendiri kegiatan belajarnya sehingga kami berharap tercipta kepemilikian proses belajar, anak merasa bahwa belajar adalah hal yang ia miliki, ia pilih sendiri, menjadi tanggung jawabnya dan manfaat belajar adalah miliknya. Bukan atas suruhan orang tua dan manfaatnya bukan untuk orang lain.
Simpulan
Penyusunan kompetensi dasar dan menu belajar ini mungkin terlihat rumit. Namun perlu dicoba oleh setiap orang tua yang menginginkan pembelajaran anak di rumah dengan baik. Anak tak sekedar bermain hal yang sama setiap harinya namun bermain dan berkegiatan dalam rangka mencapai tujuan perkembangannya. Sehingga akan membuat anak kaya pengalaman belajar yang menyenangkan dan tanpa paksaan walaupun masih usia dini. Perkembangan anak pun akan sesuai dengan usianya karena semua aspek perkembangan mendapatkan stimulasi yang optimal.
Sumber bacaan:
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 137 tahun 2014
Materi kelas intensif homeschooling bersama Nurmayanti Zain
Q
Baca juga artikel terkait
Baca juga artikel terkait
0 Comments:
Tulis komentarmu di sini ....