By : Desti
Wisuda Kelas Matrikulasi Institute Ibu Profesional Banten Batch 7
Bagai embun pagi yang menggelayuti dedaunan di syahdunya pagi, IIP hadir membasuh gersang di hati ini.
Seperti mentari di pagi hari yang cahayanya memberi kekuatan pada jiwa, IIP menjawab kerinduanku selama ini akan ilmu-ilmu Allah yang begitu luas.
Mataku kembali berbinar setiap mendapat materi baru atau tugas-tugas yang menantang.
Bagai semburat senja yang membiaskan jingganya, IIP selalu hadir membawa ketentraman.
Kembali aku diingatkan tentang peran penting seorang ibu sebagai pencetak generasi pembangun peradaban, maka sudah selayaknya kita menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur, menata kembali hidup untuk menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat tidak hanya untuk keluarga tapi masyarakat pada umumnya.
Satu persatu tantangan demi tantangan kulalui selama perkuliahan berlangsung, meski terseok dan tertatih aku tak menyangka akhirnya sudah berada di sini, rumah baru tempatku mengaktualisasikan diri, membenahi hidup, dan terus belajar sepanjang hayat. Ahh, seperti cahaya rembulan di langit gulita, meneduhkan.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya bisa menjadi bagian dari Ibu Profesional. Aku terharu dan bahagia karena bisa berkumpul dengan wanita-wanita tangguh para pembelajar sejati.
Hingga akhirnya, atas izin-Nya hari yang dinantipun tiba. Wisuda kelas matrikulasi batch 7 yang diselenggarakan pada tanggal 28 Juli 2019.
Entah mengapa sebelum memasuki aula tempat wisuda, ada yang berdesir dalam hati, segala macam rasa hadir menemani langkah demi langkah.
Teringat perjuangan selama menjalani perkuliahan program matrikulasi, setelah menaklukan NHW demi NHW dalam kurun waktu 9 pekan, akhirnya inilah momen paling ditunggu, yaitu wisuda offline yang didampingi oleh suami dan anak-anak tercinta.
Saat pertama kali memasuki ruang aula, kami disambut senyum dan sapaan lembut panitia. Ini adalah kali pertama aku bertemu dan bisa berkumpul dengan teman-teman seperjuangan di kelas matrikulasi.
Nuansa biru pun menghiasi aula RS. Sari Asih Serang pagi itu. Rona kebahagiaan terpancar jelas dari wajah para wisudawati dan seluruh peserta yang hadir.
Memasuki ruangan aula, sudah tersedia kursi-kursi yang disiapkan panitia. Kursi sebelah kanan khusus para wisudawati, bagian tengah para tamu undangan termasuk member IP Banten dan sebelah kiri tempat pendamping wisuda. Semua sudah disiapkan panitia dengan sangat rapi, salut buat para panitia yang telah menyiapkan acara dengan sangat baik di tengah berbagai aktivitas dan kesibukannya masing-masing.
Di sebelah kanan pintu masuk terdapat stand bazar baju dan jilbab, tak jauh dari sana ada pojok snack. Kami yang membawa potluck menyerahkan makanan kepada panitia di pojok snack.
Sambil menunggu acara dimulai, saya temani si kecil menuju tempat Kids Corner di sebelah stand bazar buku. Di sini anak-anak bisa bermain sambil belajar ditemani panitia yang menyuguhkan beragam aktivitas seru untuk anak, seperti mewarnai, membuat kreativitas dari kertas origami dan masih banyak lagi.
Acara sebentar lagi akan dimulai, MC sudah memanggil seluruh peserta menuju tempat yang sudah disediakan. Acara pembukaan berlangsung lancar dan penuh khidmat, selanjutnya memasuki prosesi wisuda.
Seluruh peserta bersiap menunggu aba-aba sambil membuat antrian sesuai abjad. Selanjutnya peserta yang namanya dipanggil segera menuju panggung untuk menerima kalungan medali dari Bu Kishartati selaku ketua IP Banten, lalu menerima sertifikat dari Bu Vidya fasilitator kami di kelas matrikulasi.
Terakhir, menerima bunga yang dilanjut dengan momen penuh cinta bersama keluarga untuk berfoto di tempat photobooth yang menjadi tempat favorit, dengan hiasan bunga-bunga nan cantik, tak lupa disediakan toga untuk berfoto.
Usai prosesi wisuda, tibalah waktu yang dinanti yaitu seminar islamic parenting yang dibawakan oleh Bu Ida S. Widayanti, seorang trainer dan penulis buku-buku parenting yang bukunya sudah beberapa kali cetak.
Bu Ida memaparkan fakta yang mencengangkan, bahwa Indonesia memiliki tingkat darurat perceraian tertinggi di dunia. Menurut beliau, salah satu penyebabnya adalah karena kurang siapnya seorang perempuan menjadi istri dan ibu. Maka penting bagi kita sebagai orangtua untuk terus belajar.
Lalu kapan kita bisa berhenti belajar? "Saat kita telah lebih dulu dipanggil oleh Allah. Akan tetapi selama anak-anak masih hidup bersama kita, berapapun usia mereka, kita tetap perlu belajar terus menerus. Mari kita menjadi orangtua pembelajar!" Tutur Bu Ida menyemangati setiap peserta seminar yang hadir untuk senantiasa belajar sepanjang hayat.
Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh Bu Ida dan masih terngiang sampai sekarang. Dikisahkan tentang seorang ibu yang setiap pulang dari aktivitasnya mendapati anak-anaknya yang masih kecil berantem, lalu sang ibu itu pun berkata, "Bisa diam tidak? Mama sedang capek!"
Hal itu sering terjadi dan kalimat tadi pun selalu terucap berulang. Apa yang terjadi? Ketika ibu itu sudah lansia, dia datang ke rumah anak gadisnya, sedang anak gadisnya pulang dalam keadaan capek.
Sang ibu berkata banyak di depan pintu, lalu apa yang dikatakan sang anak? "Mama bisa diam tidak? Saya sedang capek!" Ibu tersebut tersadar dan mengatakan, "Dulu saya yang tanam, sekarang saya yang menuai. Dulu saya yang berkata-kata seperti itu kepada anak saya, sekarang anak saya yang mengatakan hal itu kepada saya."
Menurut Bu Ida, sang anak tidak mendendam pada ibunya. Otaknya hanya mencatat, kalau orang capek boleh tidak senyum, kalau orang capek boleh tidak jawab salam, kalau orang capek bisa banting pintu, kalau orang capek bisa berada di kamar mengunci pintu.
Maka dari itu penting bagi kita untuk senantiasa menyirami hubungan baik dengan pasangan, menyirami hubungan baik dengan anak, nanti akan tumbuh bunga-bunga indah yang akan kita petik di kemudian hari.
Selain itu, Bu Ida menyampaikan bahwa di dalam Alquran terdapat 17 dialog tematik antara orangtua dan anak pada 9 Surat. 14 dialog diantaranya adalah dialog antara ayah dan anak. Maka betapa pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak.
Di akhir seminarnya, Bu Ida memberikan pesan bahwa sebagai orangtua, apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan, apa yang kita lakukan dan apa yang kita ucapkan semua adalah do'a. Oleh karena itu, untuk bisa membangun sebuah tim keluarga yang kokoh harus dimulai dengan bahagia dan senantiasa bersyukur atas apa yang telah Allah anugerahkan kepada kita.
Akhirnya rangkaian acara wisuda dan seminar parenting telah usai, namun bukan berarti proses belajar selesai sampai di sini. Justru wisuda ini menjadi langkah awal untuk terus belajar, terus membenahi diri dan menjadi penyemangat untuk senantiasa berkarya dan berbagi.
Salam Ibu Profesional
0 Comments:
Tulis komentarmu di sini ....